Treat My Waste
Peduli dan prihatin terhadap nasib sampah di sekitar yang makin menggunung sebenarnya sudah lama. Entah mulai kapan, yang paling diingat, setelah membaca novel pengarang kesayangan Dee Lestari yang berjudul Aroma Karsa. Novel yang awal ceritanya banyak berlatar di TPA Bantar Gebang, Bekasi, menggambarkan situasi TPA yang mirip dengan pulau sampah. Dimana mana sampah, menggunung, dan berhektar-hektar luasnya, dengan sedikit treatment, dan hanya mengandalkan proses busuk alami dan para pemulung untuk sedikit memilahnya. Hampir semua tercampur aduk, sampah organik, anorganik, sampah rumah tangga, sampah hotel, sampah elektronik, sampah perkakas rumah, sampah onderdil kendaraan bermotor, sampah perabotan juga ada, dan lain sebagainya. TPA ini bukan suatu daerah yang zero neighborhood, disekitarnya banyak perkampungan warga, yang entah terpaksa memilih domisili disana karena mungkin harga tanahnya lebih murah atau karena pekerjaan/usahanya sebagai pemulung, pengepul barang bekas, sopir truk pengangkut sampah, dan lain-lain. Tentu bisa dibayangkan ya, aroma yang menguar dari TPA yang menggunung itu, bau busuk, memuakkan terus menyelimuti udara di Bantar Gebang. Apakah warga disana tidak terganggu? awalnya mungkin iya, dan terasa begitu memuakkan untuk pendatang baru, lama kelamaan hidung mereka jadi terbiasa membaui kebusukan, biasa makan dengan banyak lalat beterbangan, ngobrol tanpa masker walau aroma tak sedap dari TPA di kejauhan dan truk-truk sampah yang tiap hari lewat tanpa jeda. Lantas, bagaimana kualitas air disana, bisa kita perkirakan seperti apa ya tingkat kelayakannya. Bagaimana dengan aspek kehidupan lainnya? Yang pasti banyak dampak buruk yang dirasakan oleh penduduk sekitar TPA Bantar Gebang, yang dimaklumi, dan lama kelamaan diabaikan
Sebenarnya pemilahan sampah sudah cukup lama diusahakan oleh pemerintah, Disediakannya tempat sampah 3 kantong, untuk sampah organik, sampah kertas/plastik, dan sampah kaca. Namun, proses pengumpulan sampah oleh petugas dan truk pengangkut sampah masih kurang konsisten taat pemilahan ini. Hal ini juga jamak diterapkan pada penangan sampah di rumah-rumah. Malah dari dalam rumah kebanyakan masih mencampur aduk semua sampah yang dikeluarkan. Petugas sampah tinggal angkut dari tong sampah di depan rumah, hanya mencari plastik dan kardus yang bisa dikumpulkan dan dijual
Peduli dan prihatin saja tidak cukup bila tidak ada aksi nyata. Maka diri ini memikirkan cara saya ikut andil mengatasi kebobrokan sistem sampah ini. Berbekal pemikiran dan kesadaran pribadi, melihat dan mengikuti cara influencer yang concern lingkungan. Berikut beberapa langkah saya mengurangi sampah:
1. Mengurangi sampah plastik
Membawa kantong belanja sendiri kemana-mana, di dalam tas, dalam mobil, di kantong motor. Bila sewaktu-waktu memerlukannya, untuk belanja atau membawa barang tidak perlu minta kantong plastik lagi pada penjual. Hanya membawa 'lipstik'nya saja saat membeli produk kemasan. Membawa kotak makan sendiri saat membeli masakan matang. Masih terus berusaha edukasi tukang sayur langganan yang mostly dagangannya dibungkus plastik, masih suka gemes liat tetangga atau orang yang masih aja menerima/ memberi kantong untuk belanjaan yang sedikit. Masih suka sebel pada orang/penjual yang mentertawakan saat kita mengeluarkan kantong belanja. Masih suka ngelus dada sama orang yang malas bawa kantong belanja sendiri.
Membeli produk yang berukuran besar, agar tidak sering-sering membeli dan membuang kemasan plastiknya.
2. Memilah sampah
Ada 3 wadah sampah di rumah, walau tidak seragam bentuknya dan menggunakan apa yang sudah ada, Cukup sebagai sarana memilah.
- Wadah sampah organik: kulit buah, sayur, sisa nasi yang sedikit terbuang, bumbu.
- Wadah sampah anorganik: plastik kemasan snack, masker sekali pakai, kertas pembungkus, dll. Dititipkan ke petugas sampah kompleks.
- Wadah sampah daur ulang: karton kemasan belanja online shop, botol-botol plastik, tetrapack susu dll. Diberikan kepada pemulung/ petugas sampah dengan kantong berbeda dari sampah anorganik, serta disounding bahwa tersebut adalah sampah daur ulang.
![]() |
Pilah Sampah 3 Kategori |
3. Mengolah sampah
- Mantapkan niat
- Putuskan ingin mengompos aerob atau anaerob?
- Wadah yang berlubang (bila aerob)
- Unsur coklat : bahan yang keras, warna coklat, penyuplai Karbon (C), antara lain: daun/pelepah kering, kertas, sabut kelapa kering, kertas coklat/map, kemasan telor, dll
- Unsur hijau : sampah organik, dari dapur, yakni kulit buah, sayur, sisa nasi, sisa bumbu, empon-empon, dll
- Perbandingan unsur coklat : unsur hijau = 2:1
- Kelembaban: Butuh ditambahkan bioaktivator, sebagai pengurai sampah. Bisa beli, atau buat sendiri dari air cuci beras yang direndam 1-2 malam, dari air tape juga bisa.
- Pasokan pasukan mikro, dari pupuk kandang/kotoran hewan-hewan herbivora seperti sapi, kambing, kelinci, ayam.
- Tanah
![]() |
Pak kebun membuat 'juglangan" |
![]() |
Pak kebun melubangi bawah dan sisi-sisi timba |
![]() |
Mengisi 'unsur coklat' daun kering dari jalanan kompleks perumahan |
![]() |
bioaktivator 'rendaman air cucian beras 2 malam' |
![]() |
menambahkan bioaktivator pada sampah organik |
#Challenge2gp5
#pemilahansampahchallenge
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat, setidaknya membuat readers tersenyum :)
Ditunggu celotehnya di kolom komentar tapi jangan tinggalkan link hidup yaa!